Saturday, August 16, 2008

Tukang Cukur PDHI Alun-Alun Utara Jogja



MR. Narto

Jangan tanya berapa harga cukur di tempat Pak Narto, ia tidak akan menjawab. Baginya tidak masalah berapa rupiah masuk kantongnya, yang penting pelanggan ikhlas.

Berbekal perlengkapan cukur dan tenda seadanya, pria berusia 85 tahun ini membuka jasa cukur rambut di depan PDHI alun-alun utara. Menjadi tukang cukur sejak 1948 jelas bukan waktu yang singkat. Berbagai pengalaman telah didapat. Selain pernah diliput oleh media cetak dan elektronik, tak sedikit yang mengambil profilnya untuk film dokumenter atau sekedar ingin mengambil foto dirinya.

Pemilik nama lengkap Narto Wiyono ini mengaku sudah 20 tahun mengais rejeki di depan PDHI alun-alun utara. Sebelumnya, buyut dengan 4 cicit ini pernah menjadi tukang cukur di Semarang, Demak, Kutoarjo dan Ketawang. Selama bekerja, Pak Narto tidak pernah menargetkan berapa orang yang akan menggunakan jasanya. Beliau percaya, rejeki akan datang tanpa diminta.

Rumahnya cukup jauh dari tempat ia bekerja. Pak Narto tinggal di Desa Genitem Pringwolu, Kelurahan Sidoagung, Godean, Sleman. Dari rumah ke tempat kerja ditempuh menggunakan bis jalur 15. Dengan sisa-sisa tenaga, pria yang telah ditinggal mangkat istrinya ini mulai bekerja pada jam 08.00 pagi dan tutup pada jam 03.00 sore. Meski telah digerus usia, semangatnya masih tetap menyala. Menjalani hidup dengan ikhlas tanpa pamrih adalah ciri khasnya. Semoga makin laris Pak Narto.



Request


Customers waiting


Serious


Under The Trees




Perjalanan Mata dan Telinga



Sebuah perjalanan mata dan telinga kadang hanya berlalu begitu saja...
Melihat, mendengar, terekam sejenak lalu mengabur seiring memori yang semakin penat..
Entah sejak kapan mereka telah berada dalam lemari memori saya..
Perlahan, mereka tidak sekedar diingat, tapi dicatat..
Ditangkap dalam jepretan rana dan dituangkan dalam rangkaian kata..
Mendengar dan melihat tak akan bisa mengelana jauh tanpa kaki yang melangkah..
Namun, si kaki hanya figuran disini..
Tokoh utamanya adalah si Mata dan Telinga..
Inilah ruang baru untuk menyimpan perjalanan mata seorang Inggra Parandaru..
Ditemani oleh telinga yang kadang membantu dalam menerima kritik dan masukan..
Tentang si hati biarlah kita lupakan sejenak...
Terkadang dia tidak rasional..